1. JUDUL
HUBUNGAN PEMANFAATAN MEDIA PAPAN TULIS DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DENGAN SIKAP BELAJAR SISWA KELAS X DI MAN 01 PONTIANAK TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010
1. LATAR
BELAKANG
Pola pengajaran unit yang terdiri atas komponen – komponen kegiatan pendahuluan, kegiatan pengembangan dan kegiatan kulminasi. Pengajaran unit ini berdasarkan teori Gestalt dan member kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dan berorientasi pada seluruh pembangunan seluruh aspek pribadi siswa. Selanjutnya system instruksional yang terpusat pada perilaku siswa, yang membentuk sikap belajar para siswa, materi pelajaran yyang bersumber dari mata ajaran tertentu, strategi yang menunjuk pada kegiatan siswa untuk mencapai tujuan iinstruksional, aspek penunjang yang terdiri dari fasilitas, waktu, tempat dan perlengkapan, aspek kettenagaan yang terdiri dari gru dan siswa. Unsure penunjang yang sangat urgen dalam proses belajar mengajar adalah pemanfaatan medi pendidikan atau media instruksional. Pemanfaatan medi – media ini dimaksudkan untuk meminimalisir permasalahan yang mungkin terjadi dalam proses pembelajaran, seperti verbalisme , kekacauan dalam penafsiran, tidak fokusnya perhatian siswa dalam belajar, kurangnya respon siswa dalam belajar dan lain sebagainya. Papan tulis adalah salah satu contoh media yang paling mudah ditemukan di setiap sekolah. Pemanfaatan media ini dapat dijadiakan alternatif utama dalam proses belajar mengajar di sekolah, yang dari dahulu hingga sekarang papan tulis telah menjadi suatu icon bagi sekolah sehingga media ini hampir selalu ditemukan dalam setiap belajar mengajar. Namun, pemanfaatan media papan tulis secara efektif dalam upaya mentansfer sebuah materi, seringkali terabaikan. Banyak anggapan, papan tulis adalah media yanng dapat digunakan secara acak – acakan, yang penting materi pelajaran tercapai sehingga pemanfaatan media secara efisien disepelekan. Contohnya, ketika para murid mendapat materi kitabah dalam bahasa arab, maka bentuk pemanfaatan paapn tulis adalah membagi garis di papan tulis menjadi dua bagian, untuk memudahkan para siswa yang menulisnya secara bergantian di muka kelas tanpa merepotkan guru atau siswa yang mencatat di papan tulis dengan selalu menghapusnya dikarenakan banyak materi yang harus diitulis ulang sedangkan ukuran papan tulis yangm tidak terlalu besar untuk memuat tulisan.
Hal ini banyak terjadi sekolah, peneliti menggangap hal ini merupakan poin yang perlu dibahas keberadaanya, mengingat papan tulis mempunyai potensi besar untuk menjadi media abadi dalam dunia pendidikan. Permasalahan ini ada ketika peneliti mengadakan survei ke Madrasah Aliyah Negeri 01 Pontianak yang beralamat di jalan H. Haruna. MAN 01 Pontianak adalah salah satu sekolah dasar Islam jenjang atas di Pontianak yang menarik untuk diteliti karena sekolah ini cukup terkenal kemashurannya baik dalam segi prestasi yang telah dicapai hingga kualitas para lulusannya. Selanjutnya lokasinya yang agak jauh dari keramaian lalu lintas kendaraan yaitu di gang Apel 6 menjadikan keadaan belajar kondusif sekaligus berdampak tidak banyak kawan sejawat melakukan penelitian disana. Adapun guru – guru bahasa arab yang mengajar disana adalah alumnus STAIN Pontianak, kampus peneliti menempuh studi sekarang, sehingga memudahkan peneliti berinteraksi dan memperoleh data – data yang diperlukan untuk penelitian ini. Peneliti mengambil sampel di kelas X, yang merupakan siswa baru, yang akan dikaitkan dengan pemanfaatan media papan tulis secara efisien oleh guru dalam memberikan materi kitabah yang menjadi materi penganalan mata pelajaran baahasa arab tingkat awal pada kelas tersebut.
Penggunaan media dalam pengajaran bahasa menurut Soejoyo Dirjo soemarto,bertitik tolak pada teori yang menyatakan bahwa totalitas persentase banyaknya ilmu pengetahuan, keterampialan, dan sikap yang dimilki oleh seseorang yang terbanyak dan tertinggi melalui indra lihat dan pengalaman langsung melakukan sendiri, sedngkan selebihnya melalui indera dengar dan indera lainnya ( Azhar Arsyad, 2004:75 ).
Berdasarkan teori diatas, peneliti menitikberatkan penggunaan media papan tulis pada materi kitabah sesuai dengan permasalahan yang diperoleh di lapangan. Alim Ibrahim, seorang pemerhati pendidikan Kairo menyatakan guru yang tidak tahu memanfaatkan papan tulis untuk dipakai sebagai media itu sama dengan setengah guru karena papan tulis adalah suatu media ( murah ) yang memanfaatkan indra lihat para siswa setelah mereka bosan dengan indra dengar, dan pemanfaatan dua indra lebih baik daripada haanya satu indra.
Peneliti melakukan observasi dikelas X. Gambaran keadaan pada saat observasi itu adalah para murid banyak yang merasa asing dengan mata pelajaran bahasa arab disebabkan latar belakang pendidikan mereka yang dominan dari sekolah yang tidak memberikan mata pelajaran bahasa arab. Untuk meminimalisir keadaan tersebut, guru memulai pelajaran awalnya dengan materi kitabah huruf – huruf hijaiyah dan cara penyambungannya. Adapun media yang digunakan adalah papan tulis. Peneliti melihat kurang optimalnya dalam penggunaan media tersebut. Sekilas memang tampak biasa tapi hal ini menjadi menarik untuk diteliti karena sering terabaikan seiring banyaknya materi yang harus sampai diselesaikan sesuai batas akhir yang ditentukan.
Permasalahan yang akan dibahas oleh peneliti adalah pemanfaatan media papan tulis dalam proses pengajaran bahasa, namun masih luas dan kurang terarah. Oleh karena itu, peneliti menspesifikasinya menjadi Hubungan Pemanfaatan Media Papan Tulis Dalam Pembelajaran Bahasa Arab Dengan Sikap Belajar Siswa Kelas X di MAN 01 Pontianak Tahun Pelajaran 2009 / 2010
1. RUMUSAN
MASALAH
Permasalahan yang dibahas oleh peneliti adalah Hubungan Pemanfaatan Media Papan Tulis Dalam Pembelajaran Bahasa Arab Dengan Sikap Belajar Siswa Kelas X di MAN 01 Pontianak Tahun Pelajaran 2009 / 2010. Kemudian dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana pembelajaran Bahasa Arab Dengan Menggunakan Media Papan Tulis Di Kelas X MAN 01 Pontianak Tahun Pelajaran 2009/2010?
2. Bagaimana Sikap Siswa Terhadap pembelajaran Bahasa Arab Dengan Menggunakan Media Papan Tulis Di Kelas X MAN 01 Pontianak Tahun Pelajaran 2009/2010 ?
3. Adakah Hubungan Yang Signifikan Antara Pembelajaran Bahasa Arab Dengan Memanfaatkan Media papan tulis Dengan Dengan Sikap belajar siswa kelas X di MAN 01 Pontianak Tahun Pelajaran 2009/2010?
2. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Mengetahui proses pembelajaran Bahasa Arab Dengan Menggunakan Media Papan Tulis Di Kelas X MAN 01 Pontianak Tahun Pelajaran 2009/2010.
2. Mengetahui Sikap Siswa Terhadap pembelajaran Bahasa Arab Dengan Menggunakan Media Papan Tulis Di Kelas X MAN 01 Pontianak Tahun Pelajaran 2009/2010.
3. Mengetahui Hubungan Yang Signifikan Antara Pembelajaran Bahasa Arab Dengan Memanfaatkan Media papan tulis Dengan Dengan Sikap belajar siswa kelas X di MAN 01 Pontianak Tahun Pelajaran 2009/2010.
1. MANFAAT
PENELITIAN
2. Teoritik
Menemukan teori – teori yang terkait dengan pengaruh desain papan tulis dalam materi kitabah terhadap sikap belajar bahasa arab pada murid baru kelas X khususnya di MAN Pontianak untuk diuji relevansinya.
3. Praktis
1. Bagi Guru
Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap bisa membantu untuk memberikan alternative solusi berkenaan dengan pengaruh desain papan tulis dalam materi kitabah terhadap sikap belajar bahasa arab pada siswa kelas X di MAN 01 Pontianak.
2. Bagi Peneliti
Sebagai rujukan awal ketika peneliti telah menjadi guru dan menemukan masalah yang serupa dengan masalah yang telah diteliti.
3. LANDASAN TEORI
1. Konsep Pembelajaran
2. Pengertian Pembelajaran
Belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari.
Sedangkan mengajar memiliki pengertian sebagai Upaya guru untuk “membangkitkan” yang berarti menyebabkan atau mendorong seseorang (siswa) belajar. (Rochman Nata Wijaya,1992) dan Suatu usaha untuk membuat siswa belajar, yaitu usaha untuk terjadinya perubahan tingkah laku. (Gagne)
Dan
Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar. (KBBI)
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik denganpendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikapdan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. (Wikipedia.com)
Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusiaserta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam kontekspendidikan, mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.
http://id.wikipedia.org/wiki/Guru
Instruction atau pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. (Gagne dan Briggs,1979:3)
Pembelajaran
adalah Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. (UU No. 20/2003, Bab I Pasal Ayat 20)
Istilah “pembelajaran” sama dengan “instruction atau “pengajaran”. Pengajaran mempunyai arti cara mengajar atau mengajarkan. (Purwadinata, 1967, hal 22). Dengan demikian pengajaran diartikan sama dengan perbuatan belajar (oleh siswa) dan Mengajar (oleh guru). Kegiatan belajar mengajar adalah satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan primer, sedangkan mengajar adalah kegiatan sekunder yang dimaksudkan agar terjadi kegiatan secara optimal.
Menurut Eggen & Kauchak (1998) Menjelaskan bahwa ada enam ciri pembelajaran yang efektif, yaitu:
(1) siswa menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep dan generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan,
(2) guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran,
(3) aktivitas-aktivitas siswa sepenuhnya didasarkan pada pengkajian,
(4) guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada siswa dalam menganalisis informasi,
(5) orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir, serta
(6) guru menggunakan teknik mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan gaya mengajar guru.
Adapun ciri-ciri pembelajaran yang menganut unsur-unsur dinamis dalam proses belajar siswa sebagai berikut :
• Motivasi belajar
Motivasi dapat dikatakan sebagai serangkaina usaha untuk menyediakan kondisi kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatau, dan bila ia tidak suka, maka ia akan berusaha mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi, motivasi dapat dirangsang dari luar, tetapi motivasi itu tumbuh di dalam diri seseorang. Adalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang/siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjalin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dihendaki dapat dicapai oleh siswa (Sardiman, A.M. 1992)
• Bahan belajar
Yakni segala informasi yang berupa fakta, prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain bahan yang berupa informasi, maka perlu diusahakan isi pengajaran dapat merangsang daya cipta agar menumbuhkan dorongan pada diri siswa untuk memecahkannya sehingga kelas menjadi hidup.
• Alat Bantu belajar
Semua alat yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, dengan maksud untuk menyampaikan pesan (informasi)) dari sumber (guru maupun sumber lain) kepada penerima (siswa). Inforamsi yang disampaikan melalui media harus dapat diterima oleh siswa, dengan menggunakan salah satu ataupun gabungan beberaapa alat indera mereka. Sehingga, apabila pengajaran disampaikan dengan bantuan gambar-gambar, foto, grafik, dan sebagainya, dan siswa diberi kesempatan untuk melihat, memegang, meraba, atau mengerjakan sendiri maka memudahkan siswa untuk mengerti pengajaran tersebut.
• Suasana belajar
Suasana yang dapat menimbulkan aktivitas atau gairah pada siswa adalah apabila terjadi :
a. Adanya komunikasi dua arah (antara guru-siswa maupun sebaliknya) yang intim dan hangat, sehingga hubungan guru-siswa yang secara hakiki setara dan dapat berbuat bersama.
b.Adanya kegairahan dan kegembiraan belajar. Hal ini dapat terjadi apabila isi pelajaran yang disediakan berkesusaian dengan karakteristik siswa.
Kegairahan dan kegembiraan belajar juga dapat ditimbulkan dari media, selain isis pelajaran yang disesuaiakan dengan karakteristik siswa, juga didukung oleh factor intern siswa yang belajar yaitu sehat jasmani, ada minat, perhatian, motivasi, dan lain sebagainya.
• Kondisi siswa yang belajar
Mengenai kondisi siswa, adapat dikemukakan di sini sebagai berikut :
a. Siswa memilki sifat yang unik, artinya anatara anak yang satu dengan yang lainnya berbeda.
b. Kesamaan siwa, yaitu memiliki langkah-langkah perkenbangan, dan memiliki potensi yang perlu diaktualisasikan melalui pembelajaran.
Kondisi siswa sendiri sangat dipengaruhi oleh factor intern dan juga factor luar, yaitu segala sesuatau yang ada di luar diri siswa, termasuk situasi pembelajaran yang diciptakan guru. Oleh Karena itu kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada peranan dan partisipasi siswa, bukan peran guru yang dominant, tetapi lebih berperan sebagai fasilitor, motivator, dan pembimbing.
4.
1.
Unsur-unsur Pembelajaran
Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relative lama dan karena adanya usaha.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan beberapa komponen :
1. Siswa
Seorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
2. Guru
Seseorang yang bertindak sebagai pengelola, katalisator, dan peran lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.
3. Tujuan
Pernyataan tentang perubahan perilaku (kognitif, psikomotorik, afektif) yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
4. Isi Pelajaran
Segala informasi berupa fakta, prinsip, dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
5. Metode
Cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapat informasi yang dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan.
6. Media
Bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa. Fungsi media pendidikan bagi peserta didik :
5.
6. http://id.wikipedia.org/wiki/Guru
4. http://id.wikipedia.org/wiki/Guru
5. http://id.wikipedia.org/wiki/Guru
http://id.wikipedia.org/wiki/Guru
•
Lebih meningkatkan daya kefahaman mereka terhadap materi pendidikan yang disajikan.
•
Mempercepat daya cerna
•
Merangsang cara berfikir
•
Membangkitkan daya afektif yang mendalam mengenai pesan-pesan pendidikan yang disampaikan
•
Membantu kuatnya daya ingatan mereka
•
Membantu memahami secara integral materi yang disajikan
•
Membantu memperjelas pengalaman langsung
•
Membantu merangsang kegiatan kejiwaan anak didik seperti pengamatan, emosi dll
7. Evaluasi
Cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya.
1.
Pembelajaran Bahasa Arab
Pembelajaran adalah suatu aktivitas atau proses belajar mengajar yang sistematis dan sistemaatik yang terdiri dari banyak komponen. Pembelajaran berdasarkan keaktifan kedua belah pihak yang menjadi subyek pembelajaran, guru sebagai mengendalikan, memimpin dan mengarahkan proses belajar. Sedangkan peserta didik sebgai yang terlibat langsung yang dituntut secara aitif untuk terlibat dalam pengajaran. Bahasa arab merupakan salah satu bahasa asing yang diajarkan sekoleh-sekolah agama Islam dan sekolah umum di Indonesia adapun pembelajaran bahasa arab mempunyai empat kompetensi keterampilan berbahasa yang harus dikuasai yaitu:
•
Keterampilan menulis (kitabah)
•
Keterampilan membaca (qiro’ah)
•
Keterampilan mendengar (istima’)
•
Keterampilan bicara (kalam)
1.
Papan Tulis sebagai Media Pembelajaran
1.
Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin ” medius ” yang artinya ” tengah “. Secara umum, media adalah semua bentuk perantara untuk menyebar, membawa atau menyampaikan suatu pesan atau gagasan kepada penerima. Media pengajaran secara luas adalah :
Setiap orang, bahan, alat atau kejadian yang memantapkan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan keterampilan dan sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks dan lingkungan sekolah adalah media. ( Azhar Arsyad, 2004:74 ). Penyebutan media pengajaran yang pertama kalinya adalah visual education ( alat peraga pandang ), lalu merubah menjadi audio visual aids ( komunikasi pandang dengar ), dan seterusnya merubah menjadi educational technology ( teknologi pendidikan ). Khusus dalam bahasa arab disebut wasaa il alidhoh ( وسا ئل Ø§Ù„Ø§Ø¶Ø§Ø ).
Proses belajar yang diselenggarakan di sekolah secara formal, dimaksudkan untuk mengadakan perubahan terhadap siswa secara terencana, baik dari segi ilmu pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Interaksi yang terjadi selama proses belajar tersebut dipengaruhi oleh lingkungannya, antara lain terdiri dari murid, guru, petugas perpustakaan, kkepala sekolah, bahan atau materi pelajaran ( buku, modul, selebaran,majalah, rekaman video atau audio dan sebagainya ), dan berbagai sumber belajar serta fasilitas yang melengkapinya ( proyektor, perekam pita audio, video, radio, televisi, komputer, perpustakaan, laboraturium, dan lain sebagainya ). Para guru dituntut agar dapat menggunakan media belajar yang dapat disediakan oleh sekolah. Paling tidak seorang guru dapat menggunakan media belajar yang murah dan efisien yang meskipun sederhana dan bersahaja tapi merupakan keharusan dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran.
Media pendidikan mempunyai fungsi yang besar di berbagai kehidupan, baik di kehidupan pendidikan maupun dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan seni kebudayaan. Dalam kehidupan pendidikan media komunikasi memberikan kontribusi yang besar dalam kemajuan maupun peningkatan mutu di suatu lembaga pendidikan. Dengan memakai media tersebut anak didik akan mudah mencerna dan memahami suatu pelajaran. Dengan demikian melalui pendekatan ilmiah sistematis, dan rasional tujuan pendidikan dapat dicapai secara efektif dan efisien. Untuk mencapai pendidikan tersebut guru memberikan peran yang penting untuk menghantarkan keberhasilan anak didik, oleh karenanya dibutuhkan komunikasi yang baik antara guru dan murid, untuk menciptakan komunikasi yang baik dibutuhkan guru yang profesional yang mampu menyeimbangkan antara media pembelajaran dan metode pengajaran sehingga informasi yang disampaikan guru dapat diterima siswa dengan baik.Jadi tugas media bukan sebagai sekedar mengkomunikasikan hubungan antara pengajar dan murid namun lebih dari itu media merupakan bagian integral yang saling berkaitan antara komponen satu dengan komponen yang lain yang saling berinteraksi dan mempengaruhi. Media pembelajaran merupakan perantara atau alat untuk memudahkan proses belajar mengajar agar tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat, metodik dan teknik yang digunakan sebagai perantara komunikasi antara seorang guru dan murid dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan pengajaran di sekolah. Pada mulanya media hanya dikenal sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar yakni yang memberikan pengalaman visual pada anak dalam rangka mendorong motivasi belajar, memperjelas, dan mempermudah konsep yang komplek dan abstrak menjadi lebih sederhana, kongkret, mudah dipahami.
Dewasa ini dengan perkembangan teknologi serta pengetahuan, maka media pembelajaran berfungsi sebagai berikut :
a. Membantu memudahkan belajar bagi siswa dan juga memudahkan pengajaran bagi guru.
b. Memberikan pengalaman lebih nyata (abstrak menjadi kongkret).
c. Menarik perhatian siswa lebih besar (jalannya tidak membosankan).
d. Semua indera murid dapat diaktifkan.
e. Lebih menarik perhatian dan minat murid dalam belajar.
f. Dapat membangkitkan dunia teori dengan realitanya.
Dengan konsepsi semakin mantap fungsi media dalam kegiatan mengajar tidak lagi peraga dari guru, melainkan pembawa informasi atau pesan pembelajaran yang dibutuhkan siswa. Hal demikian pusat guru berpusat pada pengembangan dan pengolahan individu dan kegiatan belajar mengajar.
Sebagai seorang pendidik, fungsi dan kemampuan media sangat penting artinya. Media merupakan integrasi dari sistem pembelajaran sebagai dasar kebijakan dalam pemilihan pengembangan maupun pemanfaatan. Media pendidikan dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang gilirannya diharapkan mempertinggi hasil belajar yang hendak dicapai. Ada beberapa alasan media pembelajaran berkenaan dapat mempertinggi proses belajar siswa.
Pertama, berkenaan dengan manfaat media pembelajaran, sebagai berikut :
a. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat dipahami dan dikuasai siswa.
c. Metode pengajaran akan lebih variasi, tidak semata-mata komunikasi verbal.
d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengar uraian guru, tetapi juga punya aktifitas lain seperti mengamati, merumuskan, melakukan dan mendemonstrasikan.
Kedua, penggunaan media pembelajaran dapat mempertinggi proses dan hasil belajar yang berkenaan dengan taraf pikir siswa. Berfikir siswa dimulai dari yang kongkret menuju yang abstrak, dari yang sederhana menuju yang abstrak, dari yang sederhana menuju yang komplek. Dalam hubungan ini penggunaan media pembelajaran berkaitan erat dengan tahapan-tahapan berfikir mereka sehingga tepat penggunaan media pembelajaran disesuaikan dengan kondisi mereka sehingga hal-hal yang abstrak dapat dikongkretkan. Menurut Ensiclopedi of Educational Research, nilai atau manfaat media pendidikan adalah sebagai berikut
a. Meletakkan dasar-dasar yang kongkret untuk berfikir sehingga mengurangi verbalitas.
b. Memperbesar perhatian siswa.
c. Meletakkan dasar yang penting untuk perkembangan belajar oleh karena itu pelajaran lebih mantap.
d. Memberikan pengalaman yang nyata.
e. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu.
f. Membantu tumbuhnya pengertian dan dengan demikian membantu perkembangan bahasa.
g. Memberikan pengalaman yang tidak diperoleh dengan cara yang lain.
h. Media pendidikan memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara guru dan murid.
i. Media pendidikan memberikan pengertian atau konsep yang sebenarnya secara realita dan teliti.
j. Media pendidikan membangkitkan motivasi dan merangsang kegiatan belajar.
Pendidikan ditujukan untuk menghantarkan para siswa menuju pada perubahan tingkah laku. Perubahan itu tercermin baik dari segi intelek, moral maupun hubungannya dengan sosial. Untuk mencapai tujuan tersebut siswa dalam lingkungan sekolah akan dibimbing dan diarahkan oleh guru dan siswa berperan aktif. Filsafat pendidikan memberikan kontribusi yang besar mengenai tujuan pendidikan, karena di dalam filsafat pendidikan mengandung nilai-nilai atau cita-cita yang mengatur tingkah laku atau perbuatan seseorang atau masyarakat. Dalam Undang-Undang Sistem Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 3, disebutkan, bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak sertaperadaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Adapun jenis – jenis media yang dipergunakan untuk membantu proses pembelajarannya, berdasarkan segi perkembangan teknologi dibagi menjadi
•
Media Tradisional
•
visual diam yang diproyeksikan ( proyeksi tak tembus pandang, proyeksi overhead, slides, filmstrips )
•
visual yang tak di proyeksikan ( gambar, poster, chart, grafik, diagram, pameran, papan tulis )
•
Audio ( rekaman piring, pita kaset, cartridge )
•
Penyajian multimedia ( tape, multi-image )
•
Visual dinamis yang diproyeksikan ( film, televisi,video )
•
Cetak ( buku teks, modul, majalah ilmiah berkala )
•
Permainan ( teka – teki, simulasi, permainan papan )
•
Realia ( model, specimen, peta, boneka )
•
Pilihan media teknologi
•
Media berbasis telekomunikasi
•
Media berbasis mikroprosesor
1.
Media Papan Tulis
Di tengah makin banyaknya media pendidikan modern dengan berbagai kecanggihannya, seperti proyektor, televisi, ataupun komputer, kehadiran, papan tulis tetap diperlukan. Ruangan kelas tanpa papan tulis pasti akan terasa berbeda sekali, layaknya sayur tanpa garam yang terasa hambar. Begitu pentingnya keberadaan papan tulis, sehingga media yang satu ini tetap ada di ruangan-ruangan kelas sampai sekarang. Sayangnya, sering kali papan tulis yang telah menjadi ikon dari suatu kelas malah sering dibiarkan begitu saja, tidak kita manfaatkan atau mungkin kita sering memanfaatkannya namun hanya sekadar untuk kita isi dengan berbagai coretan-coretan, gambar-gambar, atau kata-kata yang justru malah semakin membingungkan siswa.
Padahal papan tulis jika kita tahu cara menggunakannya, akan sangat membantu kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas. Tentunya agar kehadiran papan tulis di ruangan kelas kita ini tidak sisa-sia, maka kita perlu mempelajari beberapa cara menggunakan papan tulis yang baik.
Papan tulis merupakan media yang tidak hanya digunakan di kelas saja, melainkan di kantor-kantor, rumah sakit-rumah sakit dan rumah tinggalpun menggunakan papan tulis. Kapan papan tulis mulai digunakan orang tak dapat diketahui dengan pasti. Berabad-abad lamanya telah dipakai orang bermacam-macam bahan untuk membuat papan tulis. Di antaranya yang paling lazim digunakan ialah papan tulis yang dibuat dari kayu yang dicat hitam. Dewasa ini warna papan tulis tidak hanya hitam, tetapi digunakan pula warna-warna lain dengan maksud untuk menambah efektivitas dan mengurangi kelelahan mata.
Fungsi papan tulis
Secara umum papan tulis dapat digunakan antara lain untuk:
1. Menuliskan pokok-pokok keterangan keterangan guru dalam mengajar secara klasikal.
2. Menuliskan rangkuman pelajaran dalam bentuk ilustrasi, bagan atau gambar sederhana.
3. Untuk meningkatkan motivasi siswa dengan jalan memberi kesempatan pada siswa untuk mengerjakan tugas dengan menggunakan papan tulis.
1.
Teknik Pemanfaatan Media Papan Tulis
Syarat warna
Syarat-syarat yang berkaitan dengan warna papan adalah sebagai berikut ini.
a. Mempunyai warna yang kontras dengan tulisan atau gambar.
b. Papan tulis harus buram, tidak boleh mengkilat atau licin.
c. Warna papan tulis harus serasi dengan warna dinding ruangan kelas.
Bentuk dan ukuran
a. Pada umumnya dahulu papan tulis yang digunakan adalah papan tulis yang bersandaran tetapi dewasa ini mulai banyak digunakan papan tulis yang dilekatkan pada dinding depan kelas dengan alasan lebih meng-hemat ruangan kelas.
b. Di samping itu masih banyak bentuk-bentuk papan tulis yang lain seperti papan tulis lipat, papan tulis geser dan papan tulis gantung.
c. Ukuran papan tulis dinding sekurang-kurangnya adalah 3 m x 1,20 m, atau disesuaikan dengan luas dinding depan ruangan kelas.
Pemasangan dan letak
a. Papan tulishendaknya dipasang cukkup tinggi, sehingga semua peserta didik dapat melihat dengan jelas.
b. Jika ada bagian papan tulis yang mengkilat, karena sering dipakai, hendaknya dipasang tirai pada jendela untuk menahan cahaya yang masuk.
c. Jika penempatan papan tulis pada dinding, perlu diperhatikan tinggi papan tulis dari lantai sehingga mudah dicapai oleh peserta didik. Bila perlu lantai depan dibuat sedikit lebih tinggi dari lantai ruangan kelas.
d. Jika digunakan papan tulis yang bersandaran usahakan letak papan tulis itu tidak terlalu dekat dengan deretan bangku peserta didik paling depan (minimal 2,50 m).
e. Apabila ruangan kelas berisi papan tulis lebih dari satu, sebaiknya salah satu atau keduanya tidak permanen pemasangannya.
Alat Teknis Papan Tulis
Untuk membantu memperlancar penggunaan papan tulis, guru dapat dibantu oleh beberapa alat seperti cetakan papan tulis, stensil papan tulis, pantograf, mistar, jangka kayu, dan proyektor opaque. Penggunaan cetakan papan tulis akan banyak membantu guru yang kurang baik dalam menggambar. Dengan bantuan alat ini guru dapat tertolong untuk membuat gambar dengan cepat walaupun hanya merupakan pola dari gambar yang akan dibuat. Stensil papan tulis sebenarnya adalah merupakan pola dari gambar pada kertas manila, di mana pada pola tersebut dibuat lobang-lobang, dengan menempelkan kertas manila tersebut pada papan tulis dan membubuhkan debu kapur yang ada pada penghapus, kemudian mengangkat kembali kertas tersebut maka terlihat titik-titik bekas kapur tersebut pada papan tulis. Selanjutnya guru menghubungkan titik-titik tersebut dan terbentuklah pola gambar yang kita inginkan. Keuntungan dari penggunaan cetakan papan tulis dan stensil papan tulis adalah menghemat waktu dan dapat dipergunakan berkali-kali serta murah dan mudah dibuat.
Pantograf adalah alat bantu untuk memperbesar gambar sesuai dengan kebutuhan atau kehendak guru, dengan memperbesar gambar yang mestinya hanya dilihat secara per-seorangan dapat dilihat secara klasikal setelah digambar melalui pantograf. Penggunaan proyektor opaque di sini adalah sebagai alat bantu untuk memperbesar gambar atau illustrasi, yaitu dengan memproyeksikan ke papan tulis dan kemudian guru membuat gambar tersebut, maka guru akan memperoleh gambar yang cukup besar dan dapat dilihat oleh seluruh siswa di kelas. Guru dapat juga menggunakan gambar atau peta tetap, yaitu gambar atau peta yang dibuat tetap pada permukaan papan tulis.
Papan Tempel
Papan tempel adalah sebilah papan yang fungsinya untuk tempel-menempel suatu pesan. Pada mulanya maksud dan tujuan penggunaan papan tempel adalah untuk menem-pelkan catatan-catatan, mengumumkan kejadian yang akan datang, menempelkan peraturan-peraturan sekolah dan lain-lain. Namun pada masa sekarang papan tempel ini telah dianggap sebagai media pendidikan yang penting, sebagai tempat untuk menyelenggarakan suatu display yang merupakan bagian aktivitas penting suatu sekolah. Yang termasuk prinsip kerja papan tempel ini ialah papan pengumuman, papan visual, papan demonstrasi, papan pameran, papan magnit dan majalah dinding.
Fungsi umum papan tempel
Karena papan tempel ini banyak macamnya, maka fungsinya secara umum dapat dikemukakan antara lain:
a. Sebagai papan pengumuman/pemberitahuan.
b. Sebagai tempat display hasil karya anak-anak di bawah bimbingan guru.
c. Sebagai papan demonstrasi untuk pelajaran tertentu bagi guru.
d. Sebagai tempat menempelkan poster-poster.
Beberapa hal yang harus dikerjakan guru sehubungan dengan penggunaan papan tempel antara lain:
a. Membimbing daya cipta yang laten pada anak-anak.
b. Menyarankan ide-ide, bila peserta didik mendapat kesulitan guru wajib memberikan saran- saran.
c. Memberikan petunjuk mengenai komposisi warna, mengarahkan kerja anak ke tujuan yang diinginkan.
d. Memberikan pandangan dan penilaian terhadap hasil karya peserta didik.
Tugas-tugas yang dikerjakan siswa antara lain
a. Mencari bahan atau membuat bahan yang ada hubungannya dengan pelajaran tetentu atau topik tertentu.
b. Menentukan komposisi dan warna yang harmonis di bawah bimbingan guru.
c. Memelihara dan tahu penggunaan alat-alat teknis pembuatan seperti; gunting, pisau, pena, kuas dan catnya.
d. Memelihara papan tempel secara beregu dan memberi-kan penjelasan kepada teman-teman yang memerlu-kannya.
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
a. Pilihlah bahan yang ada atau erat hubungannya dengan pelajaran dan berita-berita yang hangat atau masalah-masalah yang ada hubungannya dengan pendidikan dan ilmu pengetahuan.
b. Usahakan warna-warna yang menarik perhatian penonton.
c. Pakailah huruf-huruf yang sederhana, caption-caption yang ringkas, bila perlu diberi garis bawah.
d. Usahakan variasi penempatan gambar-gambar dan isi papan tempel hendaknya sering diganti agar tidak membosankan.
Pembuatan dan pemasangan
a. Bahan untuk membuat papan tempel dapat dibuat dari yang murah sampai yang mahal. Pada umumnya dibuat dari kayu biasa (keras), dari softboard atau hardboard, tetapi dapat juga dibuat dari yang murah, yaitu sepotong anyaman kepang dari bambu yang dilapisi karung yang diberi bingkai.
b. Ukuran minimum ialah 1 X 0,80 meter atau lebih luas lebih baik, karena akan memberikan kesempatan yang sebanyak-banyaknya kepada peserta didik untuk berkreasi.
c. Warna hendaknya disesuaikan dengan warna dinding kelas, alasnya dibuat berwarna muda, sedangkan bingkainya berwarna tua.
d. Letak pemasangan hendaknya pada tempat yang cukup lapang bagi kumpulan peserta didik yang melihatnya, mendapat cahaya yang cukup dan dipasang setinggi garis mata anak.
e. Rencanakan pembuatan bersama-sama guru dan peserta didik, agar hasil yang dicapai baik.
Papan Flanel
Papan flanel atau flanel board, yang sering juga disebut felt board atau visual board adalah suatu papan yang dilapisi kain flanel atau kain lain yang berbulu, di mana padanya dilekatkan potongan-potongan gambar atau simbol lain.Gambar-gambar atau simbol-simbol itu biasa disebut item papan flanel.
Dengan item ini kita dapat menerangkan atau menjelaskan sesuatu masalah.Agar item tersebut dapat melekat pada papan flanel maka di belakang item ditempelkan kain flanel atau kertas ampelas atau karet busa. Selain bahan tersebut dapat juga digunakan Velcro Hooks, yaitu berpa cakar-cakar kecil berbentuk mata kail dari plastik yang dapat digunakan untuk mengaitkan benda-benda kecil atau gantungan yang tidak berat pada bahan berbulu.
Kegunaan Papan Flanel
a. Dapat dipakai untuk semua tingkat dan jenis sekolah serta untuk pelajaran apa saja.
b. Dapat dipakai untuk menerangkan perbandingan, perkembangan atau atau persamaan secara sistematis, sambil menambahkan item satu persatu.
c. Dapat memupuk belajar secara efektif kepada peserta didik, yaitu dengan memberi kesempatan untuk menempelkan item sesuai dengan osisi yang tepat atau tugas guru.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemakaian
a. Letakkan papan flanel setinggi garis mata anak, agar semua anak dapat melihat dengan jelas.
b. Item flanel hendaknya dibuat cukup besar untuk dapat dilihat dengan jelas oleh peserta didik yang duduk pada bangku paling belakang.
c. Jangan terlalu banyak menempelkan item pada suatu saat agar tidak membingungkan siswa.
d. Letakkan item yang penting saja dan letakkan secara sistematis.
e. Siapkan item-item sebelum pelajaran dalam rurutan yang teratur sesuai dengan urutan sajian yang akan diberikan.
f. Cobakan item itu satu persatu, agar dapat diketahui apakah semua item dapat menempel dengan baik.
g. Warna papan flanel hendaknya warna muda dan item dengan warna tua agar terjadi kontras yang setinggi-tingginya.
h. Sebaiknya papan flanel sedikit dicondongkan ke belakang dan pada waktu menempelkan item hendak-nya sedikit ditekan dan digeser ke bawah agar dapat menempel dengan kokoh.
Papan Magnet (White Board)
Papan magnet atau lebih dikenal “White Board” atau “magnetic Board” adalah sebilah papan yang dibuat dari lapisan email putih pada sebudang logam sehingga pada papan ini dapat ditempelkan benda-benda yang tidak berat jika pada alasnya direkatkan sepotong magnet. Permukaan papan magnet itu bisa digunakan sebagai papan tulis dengan menggunakan spidol khusus (board marker).Tulisan pada papan putih ini dapat dihapus de-ngan mudah, yaitu dengan alat penghapus papan tulis biasa.
Papan magnet/ papan putih ini dapat berfungsi ganda, yaitu sebagai papan tulis dan sekaligus sebagai papan flanel (sebab berlapis pelat logam), serta dapat pula dipakai sebagai layar untuk memproyeksikan film atau slides.
Cara Penggunaan Papan Tulis yang Baik
Beberapa hal yang perlu diperhatikan bila menggunakan papan tulis ialah:
a. Papan tulis diusahakan selalu bersih sebelum dipakai.
b. Tulisan pada papan tulis hendaknya mudah dibaca.
c. Kapur tulis dapat diruncingkan atau ditumpulkan sesuai dengan kebutuhan.
d. Tulisan pada papan tulis hendaknya teratur dan urut, jangan meloncat-loncat agar tidak membingungkan siswa.
e. Untuk memberikan penjelsan dalam beberapa hal, gunakan kapur berwarna.
f. Berilah garis bawah untuk kata-kata atau istilah-istilah yang penting
g. Usahakan pada waktu menulis sedapat mungkin tulisan yang sedang ditulis langsung dapat dilihat oleh peserta didik.
Tersedianya papan tulis dalam ruang kelas belajar sangat membantu guru dalam mengajar. Namun demikian tidak semua guru menyadari bahwa mengajar dengan papan tulis ada etikanya. Berikut ini adalah beberapa tips ketika mengajar dengan menggunakan papan tulis:
1.
Ketika anda sedang menggunakan papan tulis dalam mengajar, jangan berdiri tepat di depan papan tulis, karena hal itu akan merintangi pandangan anak-anak untuk melihat apa yang anda tulis di papan tulis. Berdirilah sedemikian rupa sehingga anda tidak menghalangi pandangan anak-anak.
2.
Gunakan kayu/tongkat penunjuk untuk menunjukkan apa yang anda tulis di papan tulis, karena itulah cara terbaik agar tubuh anda tidak menghalangi pandangan anak ketika melihat tulisan di papan tulis.
3.
Janganlah memenuhi papan dengan tulisan. Terlalu banyak tulisan mengakibatkan papan menjadi tidak menarik dan membingungkan anak-anak. Biarkan sebagian papan kosong secara proporsional, khususnya bagian bawah papan karena anak-anak yang duduk di bagian belakang tidak akan mungkin bisa melihat dengan jelas.
4.
Perhatikan agar tulisan anda cukup besar, dengan bentuk huruf yang tegak, sehingga dapat dibaca jelas. Tidak harus sempurna tetapi yang penting tulisan cukup tebal.
5.
Hapuslah tulisan yang sudah tidak diperlukan. Anak-anak tidak dapat memusatkan perhatian pada banyaknya tulisan yang bercampur aduk dengan tidak teratur.
6.
Jika anda menulis di “white board” (bukan papan tulis kayu yang berwarna hitam), dianjurkan anda memakai pena dengan tinta warna gelap (hitam biru tua), karena akan memberikan kontras yang jelas.
Tentunya agar kehadiran papan tulis di ruangan kelas kita ini tidak sisa-sia, maka kita perlu mempelajari beberapa cara menggunakan papan tulis yang baik. Adabeberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mengoptimalkan penggunaan media papan tulis.
Pertama,
biasakan mengawali pelajaran dengan keadaan papan tulis bersih. Papan tulis yang bersih akan membantu menghemat waktu, ketika kita akan menuliskan sesuatu di papan tulis saat sedang mengajar, sekaligus papan tulis yang berada dalam keadaan bersih menunjukkan bahwa kita siap mengajar siswa dan siswi.
Kedua, tuliskan topik pelajaran di bagian atas papan tulis dan biarkan untuk bisa terus dilihat oleh siswa selama mungkin, sampai pelajaran kita berakhir. Menuliskan topik pelajaran sangat berguna, supaya siswa bisa terus mengingat akan apa yang ia sedang pelajari, ini penting karena setiap hari siswa dan siswi kita biasa belajar lebih dari satu mata pelajaran. Selain itu, dengan menuliskan topik pelajaran di papan tulis akan berguna ketika ada siswa yang terlambat masuk, tidak perlu lagi bertanya-tanya kepada temanya dan lantas menimbulkan kegaduhan di kelas. Ketiga, sediakan tempat yang kosong di papan tulis agar kita bisa menuliskan kata-kata kunci. Jika kita menuliskan seluruh bahan pelajaran di papan tulis, akan lebih banyak waktu yang dipergunakan siswa untuk mencatat apa yang terpampang di papan tulis daripada memperhatikan penjelasan kita. Keempat, untuk beberapa mata pelajaran yang sering kali perlu menuliskan perhitungan, maka kita bisa menuliskannya di bagian sudut papan tulis. Kelima, hindarkan memenuhi papan tulis dengan terlalu banyak coretan, garis, gambar yang bisa membuat siswa bingung. Usahakan agar seluruh yang kita tulis di papan tulis dapat dibaca dengan jelas oleh seluruh siswa.Keenam, hindari selalu berdiri di depan apa yang kita tuliskan di papan tulis, karena hal ini akan menghalangi siswa yang akan mencatat apa yang kita tuliskan. Ketujuh, hapuslah seluruh kata-kata, gambar, bagan di papan tulis yang memang akan kita hapus agar tidak membuat siswa kebingungan. Kedelapan, pada saat kita menulis di papan tulis biasakanlah untuk tidak menulis sambil berbicara, kita baru berbicara setelah kita selesai menulis.
Untuk mengecek sudah seberapa jauh kita berhasil mengoptimalkan penggunaan media papan tulis ini, maka kita bisa mengeceknya dengan melihatnya dari jarak-jarak tertentu di sela-sela waktu kita mengajar.
1.
Kelebihan dan Kelemahan Media Papan Tulis
Apabila kita menggunakan papan tulis dengan benar, maka keuntungannya antara lain :
1. Dapat digunakan di segala jenis dan tingkat lembaga pendidikan.
2. Mudah untuk mengawasi keaktifan-keaktifan kelas.
3. Lebih ekonomis, karena mudah untuk ditulisi dan dihapus kembali dan dapat dipakai berkali-kali.
4. Bila perlu guru dapat mempersiapkan terlebih dahulu tulisan di papan tulis, kemudian membalikkannya atau menutup dengan tirai hitam.
Kelemahan penggunaan papan tulis :
1. Apabila guru terlalu lama menulis di papan tulis, maka aktivitas peserta didik sukar diawasi.
2. Debu kapur tulis dapat terhirup guru dan dapat mengganggu kesehatan.
3. Bagi guru yang tulisannya kurang bagus, maka akibatnya dapat kurang menguntungkan bagi guru sendiri maupun peserta didik.
Keuntungan-keuntungan penggunaan papan tempel
a. Menarik perhatian sebagian besar peserta didik, karena letaknya yang strategis dan mudah dilihat.
b. Berguna untuk memberitahukan sesuatu, menyarankan perubahan tingkah laku, menyegarkan suasana kelas dan memperjelas pengertian anak.
c. Memberikan kesempatan pada anak untuk bekerja kelompok, mendorong kreativitas.
d. Dapat menghemat waktu bagi guru dan peserta didik-peserta didik.
e. Membangkitkan rasa keindahan, karena susunan yang beraneka ragam, harmonis dan menyenangkan.
f. Memupuk rasa tanggung jawab bersama atas pekerjaan yang dihadapi dan rasa cinta terhadap hasil kerjanyaserta suka menghargai hasil pekerjaan orang lain.
Kelemahan-kelemahan penggunaan papan tempel
1. Guru tidak dapat memastikan apakah semua peserta didiknya sudah melihat hal-hal yang ditempelkan pada papan tempel.
2. Bila papan itu tidak tertutup kaca atau pengaman yang lain, kemungkinan terjadi gangguan dari anak-anak yang tidak bertanggung jawab.
3. Bila terlalu lama dipasang akan membosankan orang yang melihatnya.
Keuntungan penggunaan papan flanel
Beberapa keuntungan penggunaan papan flanel antara lain ialah:
a. Dapat dibuat sendiri oleh guru atau guru bersama peserta didik.
b. Item-item dapat dilekatkan menurut kedudukan yang dikehendaki oleh guru.
c. Dapat dipersiapkan terlebih dahulu dengan teliti.
d. Item-item yang sudah dibuat dapat dipergunakan berkali-kali sehingga menghemat waktu dan tenaga.
e. Memungkinkan guru menyiapkan bahan yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik pada suatu saat.
f. Menghemat waktu dan tenaga bagi guru, karena guru hanya menerangkan hal-hal yang perlu saja.
Kelemahan penggunan papan flanel
Kelemahan penggunaan papan flanel sebenarnya tidak terletak pada peralatan fisik-nya, tetapi lebih banyak pada kurangnya persiapan dan kurang trampilnya guru dalam menggunakannya.
Beberapa keistimewaan papan magnet
Sebagai papan tulis, papan magnet mempunyai keistimewaan antara lain:
a. Alat tulis untuk papan ini dibuat khusus (board marker), sehingga mudah dihapus dengan penghapus papan tulis biasa.
b. Karena guru memakai spidol, maka ia tidak kuatir lagi terkena debu kapur tulis seperti jika menggunakan papan tulis biasa.
c. Bentuk papan ini dibuat sedemikian rupa sehingga lebih mudah dipindah-pindahkan dan papan dapat dibalik dengan ringan, yaitu dengan cara memutarnya.
d. Tulisan yang lebih terang dan berwarna-warni akan lebih meningkatkan perhatian siswa dan semangat belajarnya.
Dibandingkan dengan papan flanel, harga papan magnet atau papan putih ini memang lebih mahal, namun jika dibandingkan dengan keuntungan yang diperolehnya penggunaan papan putih ini akan lebih menguntungkan.
Beberapa kelebihan
a. Tempelan pada papan magnet lebih kuat dan pada papan ini dapat juga ditempelkan benda-benda tiga dimensi ukuran kecil (artinya benda yang tidak terlalu berat).
b. Jika dipakai di lapangan terbuka untuk memvisuali-sasikan pelajaran olah raga, angin tidak mudah menerbangkan apa yang ditempelkan pada papan tersebut.
c. Simbol-simbol yang diberi magnet dapat dipindah-pindahkan tanpa mengangkatnya terlebih dahulu, tetapi cukup dengan meluncurkannya.
d. Di samping tiga keunggulan di atas, penggunaan papan magnet ini lebih dirasakan bergengsi jika dibandingkan dengan menggunakan papa tulis biasa atau papan flanel.
1.
Sikap Belajar
Ketika seorang anak lahir dia belum mempunyai bentuk kepribadian selama dua atau tiga tahun dia hidup dan tumbuh dengan beragam tingkah laku, baik yang kurang baik maupun yang baik, seperti dapat membedakan bagian tubuh dengan bagian lainnya dan masih banyak lagi yang lain hingga usianya dewasa. Sikap diri tumbuh bersama interaksi sosial. Sebagai anak yang berinteraksi dengan objek dan orang, dia menyadari dirinya sebagai objek terpisah dan nyata dari beragam objek dan orang lain, (Lindersmith and Strauss, 1968). Dalam proses berinteraksi dengan orang lain anak, mulai mengaku bahwa aksi orang lain kepadanya adalah pasti dan dia mulai merespon ulang dengan reaksinya sendiri. Dan dengan kemampuan individu dia mengharapkan reaksi berbeda dari orang lain. Anak-anak akan belajar memikirkan sifat kepribadian yang ditiru dari orang lain, sebagai contoh, seorang anak menangkap atau meniru sesuatu yang dia temui dengan kecerdasannya ia mulai mengharapkan pengenalan baru dalam berkreasi kembali dan akan dipertimbangkan dengan menggunakan kecerdasannya. Kemampuan kecerdasan ini akan menunjukkan perbedaan dengan yang lainnya dan melihat dirinya sebagai salah satu objek, memberikan rasa percaya diri dan sikap tentang dirinya dinamakan konsep diri. Teori interaksi simbolik pada diri menurut Kinch (1963) adalah konsep diri sebagai pengorganisasian dari mutu (cara dimana individu dapat mengekspresikan analisis, intelegen dan aturan dimana dia berada : diri sendiri-ayah, profesor, dan semacamnya) yang mana pengekspresiannya kedirinya sendiri. Kemudian mendefenisikan dalil dasar dan teori formal itu :
1. Konsep pribadi adalah didasarkan pada persepsinya terhadap cara-cara orang lain menanggapi respon dari dirinya
2. Konsep pribadi berfungsi untuk mengarahkan tingkah lakunya
• Pemahaman diri sebagai respon dari refleksnya terhadap orang lain adalah respon aksi orang lain terhadapnya.
• Cara individu memahami respon orang lain kepadanya akan mempengaruhi tingkah lakunya
• Reaksi/jawaban aktual dari orang lain ke individu akan menentukan cara dia melihat dirinya (konsep diri sendiri)
•
Jawaban aktual dari orang lain terhadap individu itu akan mempengaruhi tingkah laku individu itu.
Teori ini dapat dirangkum ke pernyataan berikut : “Jawaban aktual dari orang lain ke individu sangat penting dalam menentukan bagaimana individu itu akan menerima dirinya sendiri ; pernyataan ini akan mempengaruhi konsep dirinya yang pada akhirnya kemudian, akan mempengaruhi/menentukan kelakuannya”
kekuatan dari kawanan sebaya dan guru atas attitudes siswa dan tingkah laku yang akan bervariasi sebagaimana bervariasinya umur mereka, yakni anak-anak yang lebih muda mungkin lebih di pengaruhi oleh guru dan bagi yang agak dewasa dipengaruhi oleh kawanan sebayanya. Seorang guru tidak harus mengubah sernua self attitudes yang mungkin ada pada siswa, tetapi dapat dikonsentrasikan pada beberapa saja khususnya yang relevan terhadap bidang ilmu (hal yang akan di teliti) dimana Seorang guru ingin tingkatkan prestasi anak tersebut .Pendekatan teraman bagi guru adalah mencoba segala sesuatu pada saat yang bersamaan. Hal yang dimaksud adalah dengan lebih mendukung sikap-sikap dan tingkah laku baru yang dapat dibangkitkan dan kemungkinan perubahan lebih besar (tinggi).
Ada dua sikap belajar bahasa asing bagi seorang pembelajar. Yang pertama adalah sikap belajar defensif yaitu cenderung menganggap bahasa asing sebagai rangkaian bunyi, kata, aturan atau pola yang harus secara paksa dipindahkan oleh guru atau buku teks ke otak. Bahasa asing ini dianggap sebagai suatu beban. Sikap belajar selanjutnya sikap belajar reseftif yang menganggap bahasa asing sebagai bagian dari bahasa ilmu bertolak belakang dengan sikap belajar defensif.
1.
HIPOTESIS
Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Secara teknis, diartikan pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian.
Maka hipotesis yang dapat disimpulkan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh desain papan tulis dalam materi kitabah terhadap sikap belajar bahasa arab pada siswa kelas X di MAN 01 Pontianak.
1.
METODE PENELITIAN
2.
Metode dan Pendekatan Penelitian
Penelitian adalah penerapan pendekatan ilmiah pada pengkajian suatu masalah untuk memperoleh informasi yang berguna dan dapat dipertanggungjawabkan dengan tujuan untuk menemukan jawaban terhadap persoalan yang berssifat ilmiah, melalui prosedur ilmiah. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Metode korelasional bertujuan untuk mendeteksi sejauh mana variasi – variasi pada suatu factor berkaitan pada satu atau lebih factor lain berdasarkan pada koefisien korelasi. Menggunakan pendekatan kuantitatif dikarenakan untuk menjawab permasalahan, peneliti menyeneralisasikannya.
3.
Variable dan Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan upaya peneliti dalam melekatkan arti pada suatu produk / variable dengan cara menetapkan kegiatan – kegiatan atau tindakaan – tindakan yang perlu dilakukan untuk menguji variable itu.—
Definisi operasional dalam penelitian ini meliputi :
4.
Pengaruh Pemanfaatan Media Papan Tulis
Yang dimaksud dengan pengaruh pemanfaatan media papan tulis adalah akibat positif yang dihasilkan dari pemanfaatan media papan tulis secara baik dan benar
5.
Sikap Belajar Bahasa Arab
Sikap belajar bahasa arab artinya pandangan tentang cara belajar yang baik tentang bahasa arab.
6.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada hari Selasa bulan Juni 2009, pukul 10.00 WIB di kelas X B, MAN 01 Pontianak. Pemilihan waktu dan tempat tersebut berdasarkan pertimbangan – pertimbangan berikut. Pada setiap hari Selasa pukul 10.00 WIB adalah jadwal rutin pelajaran bahasa arab dana alasan memilih MAN 01 Pontianak karena kawan-kawan sejawat peneliti belum ada yang meneliti disana dan guru bahasa arab yang membantu proses pencarian data adalah alumnus dari kampus tempat peneliti menempuh jenjang pendidikan tinggi sekarang, yaitu STAIN Pontianak.
7.
Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan anggota subjek penelitian yang memiliki kesamaan karakteristik. Berdasarkan definisi tersebut, maka yang akan menjadi populasi dalam penelitian tersebut adalah para siswa baru kelas X MAN 01 Pontianak.
Sampel adalah sebuah kelompok anggotabyang menjadi bagian populasi sehingga juga memiliki karakteristik populasi. Maka sampel yang diambil adalah siswa kelas X B.
8.
Teknik dan Alat Pengumpul Data
Teknik adalah cara yang digunakan dalam penelitian. Alat pengumpul data (instrument) adalah alat yang digunakan pada saat peneliti menggunakan suatu metode. Teknik pengumpulan data secara tepat merupakan hal yang sangat penting, hal ini terkait dengan penyesuaian permasalahan yang diangkat peneliti. Berdasarkan judul yang dipilih oleh peneliti, maka penelitian ini menggunakan alat pengumpul data sebagai berikut.
1.
Observasi
Teknik observasi langsung adalah pengamatan langsung oleh peneliti ditempat berlangsungnya peristiwa, sehingga peneliti berada bersama objek yang diteliti. Bisa dikatakan bahwa teknik ini adalah cara pengambilan yang dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan gejala-gejala yang tampak pada objek penelitian secara langsung ditempat kejadian. Teknik ini dilakukan untuk
2.
Interview ( wawancara )
Sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.
9.
Teknik Analisis Data
Adapun metode yang digunakan peneliti adalah Uji Data Dua Sampel Berhubungan (Dependent). Uji dua sampel berhubungan di bagi menjadi 3 alat uji, yaitu; uji Wilcoxon, Sign Test (uji tanda) dan Uji McNemar.
Peneliti menggunakan Uji Wilcoxon merupakan alternatif untuk uji t data berpasangan (t-paired), bedanya yaitu pada Wilcoxon data harus dilakukan pengurutan (ranking) kemudian baru diproses. Sedangkan uji t paired bisa langsung diproses karena tipe data uji t paired adalah interval/rasio, selain itu uji t-harus memenuhi uji normalitas data sedangkan Wilcoxon tidak perlu.
10.
DAFTAR
PUSTAKA
Arsyad, azhar.2001. Bahasa
Arab
dan
Metode
Pengajarannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
—————–.2008. Media
Pembelajaran, Jakarta : Raja Grafindo Persada
Ryhari, Ahmadi dan Abu Ahmad, Pengelolaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta, 2000
Tarigan, HG, Tarigan, Jago, Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa, Bandung, Angkasa : 1994
Hamalik, Oemar. Psikilogi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2007
Darwyan syah, dkk. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : Gaung Persada, 2009
Mu’in, Abdul. Analisis Kontrastif : Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia
Fremantle, David. How to Choose. Jakarta : Buana Ilmu Populer , 2002
Elder, Linda dan Richard Paul. 25 Hari Menciptakan Pikiran yang Lebih Positif, Kuat dan Membahagiakan.
Thoifuri. 2008. Menjadi Guru Inisiator. Semarang: Rasail.
Izzan, ahmad. Metodologi pembelajaran bahasa arab. Bandung : Humaniora. 2009
http://id.wikipedia.org/wiki/Guru
http://id.wikipedia.org/wiki/Guru
0 komentar:
Posting Komentar